Perihal Rindu

Rindumu adalah nyala yang berpijar dalam tatapmu ketika kusentuh cemas di dadamu.

Rinduku adalah peluh hangat yang terjun dari daguku saat kaudesahkan senyumku.

Rindu kita adalah tanda tanya yang tak perlu dijawab, juga titik yang tidak mengakhiri.

[Salatiga, 24 Mei 2013]

Repot

Pernah suatu dini hari tidurku terbangun, mengalah pada gelisah yang serupa amarah. Aku berguling sana-sini mencari nyaman, memilah posisi terbaik tuk letakkan rinduku. Sungguh mengusik. Mestinya tak kubiarkan bibirmu sapukan hangat di keningku tadi malam. Tolong, simpan segera senyummu, biar tak lemas lututku. Jangan pula kaudekap aku, biar teratur irama jantungku. Lalu sudahi saja sajakmu tentangku, biar benakku berhenti melonjak dan kakiku ingat cara berpijak. Sadarilah, merindumu itu tak pernah mudah. Tak pernah salah.

[Kab. Kulonprogo, 30 April 2013]

Jauh

Lidahku kebingungan mencari kata

Dadaku kewalahan meredam degup

Jariku kerepotan menolak gemetar

Kita terlalu jauh.

[Kab. Kulonprogo, 22 April 2013]

Kepada sajakmu..

Malam ini, detik ini, ketika kulihat ada kesungguhan menggarisbawahi rentetan sajak mewah yang terbit dari ujung jarimu, bisa apa aku selain menahan napas lalu bernapas untukmu? Bernapas pun dengan setengah mati. Setengah mati memujamu dan lengkap kisahmu. Kau sungguh tahu cara memperhatikan hatiku dengan hati-hati dan sepenuh hati.

– untuk MHYFNS –

[Kab. Kulonprogo, 15 April 2013]

Selayang

Layangan hari yang terulur hingga pagi ini begitu panjang. Pijakan detik menuju perpindahan waktu membawa dua anak manusia semestinya menengadah.

Kembali pada silam dan terawang. Perjuangan dan rasa. Aku tak tahu akan menyebutnya apa, yang aku tahu hanya kau dan aku.

Kini aku kembali membaca beberapa jejak tinta yang sedikit tersentuh laba-laba. Waktu begitu cepat melompat, kita bertumbuh pesat.

Entah telah berapa mawar pernah kau petik dari pohonnya. Entah berapa duri yang menempel di tangkainya dan membekas luka sayat di genggammu.

Waktu ini, ditemani sebaran embun wajib pagi, sungguh aku ingin bilang, apapun yg berlaku pada kita nanti, jangan pernah lupa bahwa kita pernah ada dalam satu bingkai foto, tersenyum dan melihat masa yang cerah. Dengan rotan dan rajutan. Dibubuhi nektar mawar yang harumnya selalu dapat kuhirup tiap kau membelakang.

Jangan pernah ragu untuk menyapaku bila nantinya rotan dan rajutan tak bisa beriringan berada dalam satu jalinan.

Aku tahu, harapan ini selalu bisa dipatahkan kapanpun. Dan siapapun tak bisa memaksa.

Namun, tak ada salahnya bermimpi indah. Mimpiku, bersamamu dalam sisa nafas yang entah sampai kapan akan dipinjamkan.

– oleh MHYFNS –

[Yogyakarta, 03 Maret 2013]

Si Pencipta Ceria

Beberapa hari ini serangan detak jantung menggebu menyerangku. Kita begitu dekat tak ada jeda, dua jengkal sudah membuatku panas dingin. Aku curi pandang melihat pipi kirimu, kau serius menatap kedepan. Harusnya kau tahu aku tengah menatapmu sembari tertawa geli dan menunduk, tapi kau tetap menatap kedepan. Optimis sekali.

Kita sudah lama saling berbagi rasa, kita sudah lama menyelami hati masing-masing. Namun ada sisi lain darimu yang sulit aku raba lekat-lekat. Kau adalah kata-kata yang selalu terngiang dari bangun hingga akan tidur. Kau adalah pemenang masa lalu. Kau adalah nada dengan senandung cinta diantaranya. Kau adalah penyelam handal, pembaca pikiran yang cerdas. Sementara aku kurang bisa menyelam walau hanya sampai palung hatimu, kapan dasar akan bisa kurengkuh?

Kadang aku cemas, teramat cemas.

Aku tak mau orang lain yang menjagaku. Aku tidak mau tawa ini bukan karenamu. Aku kurang suka bila tangis ini bukan karena berpisah denganmu. Ini hasil selamanku dari permukaan hingga entah. Karena kau tercipta sebagai keceriaanku.

– oleh MHYFNS –

[Yogyakarta, 10 April 2013]