Jika makna rindu ternoda ketika diucap dengan kata, maka ucaplah dengan peluk saja.

Aku menunggu di teras ditemani kopi panas dan hujan rindu amat deras. Di seberang sana kau sedang berkemas, sambil bisikkan “Jangan cemas”.

Pulang

Aku terkesiap dengan tenggorokan kering,

sambil deg-degan tak karuan; merinding

ada kudengar suara pintu mobil dibanting.

Kuintip jendela dengan sebelah mata.

Itu dia! Yang buatku semalaman terjaga!

Aku sempoyongan lari-lari menuju pintu,

ada rindu yang memberati kakiku.

 

Kau berdiri di sana dengan tangan terbentang,

tersenyum, lalu meraih tubuh gemetarku

lantas aku tersipu sambil lumer dalam dekapmu.

Kaulepas pelukmu dengan hati-hati,

lalu kaupunguti rinduku yang tercecer waktu lari tadi..

[Yogyakarta, 04 Februari 2013]